##WELCOME TO MY BLOG rinjanimedia.blogspot.com##WELCOME TO MY BLOG rinjanimedia.blogspot.com##WELCOME TO MY BLOG rinjanimedia.blogspot.com##

Rabu, 14 September 2011

GIGI Mark Of History

Mark 1. (Budjana, Thomas, Ronald, Baron, Armand)


KARENA sering berkeliling dari studio ke studio, Budjana mengenal banyak session player, di antaranya Thomas Ramdhan dan Ronald Fristianto. Saat itu mereka bertemu di Musica Studio, di sana ada juga Pay. Pay yang saat itu masih menjadi gitaris Slank menyarankan agar mereka bertiga membentuk band. “Menarik juga ide Pay ini,” pikir Budjana. Dan tak lama kemudian mereka bertiga mulai berlatih bersama. Latihan pertama dilakukan di Studio ’45, Pondok Indah.
Proyek ini tidak berlanjut karena semua sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri sebagai session player, hingga Thomas dan Ronald bertemu dengan gitaris muda berbakat, Baron Arafat. Pertemuan ini mendorong Thomas dan Budjana memanggil Budjana kembali dan membentuk formasi dobel gitar. Oktober 1993 mereka berempat berkumpul di Triple M Studio untuk mencari vokalis. Di tempat itulah untuk pertama kalinya nama Armand Maulana disebut-sebut.
“Waktu main di TVRI dulu sekali, saya sudah kenal Budjana. Dia itu pemain gitarnya Telerama pimpinan Isbandi. Kami bertemu kembali di Festival Pop Song di Candi Prambanan. Dia gitaris home band, dan saya menyanyi di situ. Karena sama-sama dikarantina di Jogja, kami jadi makin dekat,” kata Armand yang dibenarkan Budjana.
Thomas mengaku kenal pertama kali dengan Armand ketika dia masih memperkuat Trio Libels. “Pertama kali ketemu di konsernya Anggun C Sasmi di Ratu Plaza,” katanya.
Secara lengkap, formasi Gigi Mark 1 ini pertama kali berlatih di Studio A System, hingga terciptalah lagu Kuingin, Adakah yang Tersisa, dan Angan. Itulah lagu pertama Gigi yang kemudian direkam di Gins Studio. Saat itu nama Gigi belum ada, hingga Budjana mencetuskannya untuk pertama kalinya di Rumah Baron, dan semua setuju.
Setelah selesai proses di studio, Gigi kebingungan mencari produser untuk proyek perdanannya ini. Sampai kemudian berjodoh dengan Union Artist milik Ong Eng Kiat atau biasa dipanggil dengan Koh A Kiat. Album ini diberi judul Angan.
Ada kisah lucu saat Gigi tampil pertama kali di muka umum di Prambors Café Blok M. Saat itu Gigi –melalui Baron yang merangkap sebagai manajer- mendapat honor 2,5, sebuah angka yang besar untuk ukuran saat itu. Mereka berlima senang sekali. “Saya dari Bandung menyewa travel 4848 yang tarifnya mahal. Saat itu belum ada Tol Cipularang, Bandung-Jakarta waktu tempuhnya masih 4 jam,” kata Thomas.
Penampilan perdana itu sukses besar, Gigi main bagus dan dapat sambutan meriah dari penonton. Saat menerima bayaran usai manggung, mereka terkejut sekali, angka yang semula dikira 2,5 juta itu ternyata cuma 250 ribu. Keterkejutan itu tidak berlangsung lama dan segera berganti dengan tawa. “Mau dibagi berlima nggak seberapa, akhirnya honor perdana itu kami pakai makan bersama di Baruna, Jl. Wijaya sampai habis dan kenyang,” kenang Budjana.
Tak lama kemudian Gigi diundang tampil di panggung Video Musik Indonesia (VMI) milik TVRI di Jogja. Saat itu Gigi belum memiliki kru, jadi mereka berlima naik kereta api dan mengangkat ampli dan instrumen sendiri. Walau band baru dan baru memiliki satu album sambutan penonton Jogja sangat luar biasa. Mereka bahkan hafal lagu Kuingin, padahal itu bukan single yang tidak dipromosikan. Melihat respon yang bagus itu, lagu Kuingin dibuatkan video klip, dengan sutradara Rizal Mantovani. Album Angan terjual 100 ribu kopi.
Era lima pemian ini berlanjut hingga album ke-2 pada tahun 1995 yang berjudul dengan lagu heat Janji dan Nirwana. Album ini direkam di Gins Studio lantai bawah, karena Gigi tidak mampu menyewa studio atas. Di projek inilah untuk pertama kalinya Budjana menulis aransemen brass dan string sections untuk lagu Hikayat Insani dan All for Money. Penulisan liriknya dipercayakan pada Baron dan Thomas.
Usai penggarapan album ke-2 ini Dhani “Pette” Widjanarko mulai masuk dalam manajemen Gigi. Saat ini jadwal manggung Gigi mulai banyak, dan penjualan albumnya bahkan jauh melampaui album yang pertama, yaitu sebesar 400 ribu kopi. Sayangnya disaat anggan mulai terwujud, Baron mesti pergi meninggalkan Gigi. (son andries/POSe)

 

Mark 2. (Budjana , Thomas, Ronald, Armand)


SAAT Gigi berupaya mengokohkan namanya, Baron menyatakan akan pergi ke Amerika Serikat untuk melanjutkan sekolah. Kepergian ini menimbulkan kesedihan yang luar biasa khususnya buat Budjana karena kehilangan tandem gitarnya. “Sekarang saya harus bekerja keras sendirian. Awalnya sempat terpikir untuk mencari additional player pengganti Baron, tapi akhirnya kami putuskan untuk bertahan dengan formasi 4 orang yang tersisa saja,” kata Budjana.
Keluarnya Baron ini tidak menimbulkan gejolak yang berarti, semuanya berjalan dengan baik. Thomas dan Ronald sempat marah karena Baron pergi saat Gigi menggarap album ke-3. Tapi kemarahan ini tidak berjalan lama. Keributan justru terjadi dua tahun sesudahnya, saat Baron masih di Amerika. “Entah mengapa di milis Musik Indonesia, Baron menjelek-jelekan saya dan Budjana,” kata Armand.
Ribut besar di milis ini terus belangsung sampai didamaikan oleh Mira Lesmana. Setelah suasana mulai tenang Armand mulai email-emailan kembali dengan Baron. Agar hubungan kembali membaik, Armand berstarategi dengan cara nitip barang ke Baron. “Ron, boleh nggak gue nitip alat musik karena di Indonesia nggak ada? Akhirnya saya bersilaturahmi ke rumahnya setelah empat tahun nggak ketemu. Semuanya damai,” kata Armand.
Selain Budjana, Thomas termasuk orang yang sangat kehilangan dengan keluarnya Baron ini. “Gue kanal Baron sejak SMA di Bandung. Dia itu wawasannya luas. Gue marah waktu dia bilang mau keluar, gue menganggap fondasi awal Gigi itu ada dalam dua gitar. Dia main distorsi, Budjana main yang lebih banyak aroma jazznya. Begitu Baron cabut, rasanya ada yang kurang dari musik Gigi,” kata Thomas.
Meski tanpa Baron, Gigi terus bergerak, bahkan mulai bisa mengontrak kantor di Jl. Pela Raya No.42, Kebayoran Baru. Yang dikontrak ini rumah Krisna Balagita (eks. Ada Band/Spektrum). Orang mulai kenal Gigi dan order untuk manggung mulai banyak. Saat itu Budjana, Thomas, dan Ronald mulai total di Gigi, dan jarang menerima pekerjaan sebagai session player.
Semuanya kembali berjalan lancar, sampai Thomas mulai menunjukkan tanda-tanda kecanduan narkoba. “Kecanduan paling parah tahun 1996, gue makai putaw dalam kadar gila-gilaan. Selain bass, banyak sekali yang gue jual untuk drug saat itu,” kata Thomas. Putaw membuatnya terpuruk, musik mulai terlupakan, proses kreatif terhenti, imajinasi yang selama ini menjadi sumber inspirasi Thomas, buntu.
“Pernah gue sampai nyembah-nyembah di kaki Bandar. Saya bawa handphone yang mau saya tukar, tapi tidak digubris, sebab harganya paling cepek, sementara harga putaw tiga ratus. Saya sampai bilang please.. please.. Ujung-ujungnya dikasih juga. Biasanya kalau sudah makai saya pengen sembuh, tapi kalau lagi nggak ada saya pengen nyari,” kata Thomas.
Walaupun Thomas sudah limbung, Gigi nekad melakukan workshop pembuatan album 3 dan masuk studio rekaman. Lirik yang semula dikerjakan Thomas dan Baron, kini terpaksa digarap Thomas sendiri. Rekaman dilakukan di studio milik Indra Lesmana di daerah Pondok Cabe. Ini adalah proses rekaman tercepat. Di album ini Budjana menulis string untuk lagu Damainya Cinta dan brass untuk lagu Nikmatilah. “Semua serba mepet, bahkan sampul album cuma dikerjakan dalam waktu semalam oleh Dick Doang,” kata Budjana. “Kami ngebut karena besoknya harus berangkat tur ke 12 kota.”
Toh album yang kemudian diberi judul ¾ itu akhirnya selesai juga. Dan Gigi berangkat tur dengan promotor Chico Hindarto, putra Kepala Polri saat itu. Dalam tur ini Thomas cuma tampil di dua kota pertama, sedangkan kota-kota selanjutnya yang main bass, Opet Alatas. Saat itu pertimbangan Gigi adalah; jika sampai Thomas tertangkap saat tur sementara promotornya putra Kapolri akan sangat tidak mengenakkan.
“Opet dipilih karena dialah yang tahu bassnya Thomas, tahu chord-nya, karena dia krunya Thomas. Kami bisa saja menggunakan pemain profesional, tapi perlu latihan dan itu tidak mungkin dilakukan,” kata Armand.
Pada akhir tur promo album ¾, Gigi mengadakan rapat penting yang membahas pengunduran diri Thomas. Sebelumnya Budjana sempat berbicara dengan Thomas tentang masalah ini. “Saya ngobrol dengan Thomas di warung soto depan Serenata Musik jalan Fatmawati setelah ngasih klinik produk Steinberger dan Mesa boogie. Thomas juga ngasih klinik buat bas Tobias. Tiba-tiba Thomas bilang dia mau mengundurkan diri, demi kelangsungan Gigi,” kata Budjana.
Melalui surat pernyataan bermeterai, Thomas resmi mengundurkan diri dari Gigi pada 18 Mei 1996, untuk selanjutnya dirawat di RS Ongkomulyo. Sementara itu Gigi berangkat ke San Francisco atas undangan mahasiswa Indonesia di sana. (son andries/POSe)

 

Mark 3 (Budjana, Ronald, Armand)


Cop Out
OPET Alatas menjadi penyelamat Gigi, ini tidak bisa dimungkiri. Saat program promosi album ¾ sudah siap dijalankan di 12 kota, Thomas “kolaps” (sebut saja begitu), dia cuma bisa menjalani tur di dua kota pertama. Selain karena kondisi fisiknya yang payah, Thomas di grounded karena kami takut dalam perjalanan panjang ini dia ketangkap polisi. Dulu keputusan ini kami ambil dengan berat hati, tapi kami sekarang –termasuk Thomas sendiri- tahu bahwa itu adalah keputusan terbaik.
Karena mendadak kehilangan Thomas, exit plan yang paling memungkinkan adalah mamasukkan untuk sementara Opet yang saat itu kru Thomas. “Opet dipilih menggantikan Thomas karena keadaan yang sangat memaksa dan harus ditangani dengan cepat. Kontrak tur yang harus dijalani sudah banyak, dan orang yang paling tahu bassnya Thomas, chord nya, ya dia. Kami bisa saja membawa additional player profesional, tapi perlu latihan dulu, sementara kami tidak punya waktu lagi,” kata Armand.
Menurut Thomas, ia kenal Opet pertama kali sebagai seorang pemuda adal Tanjung Pinang yang mau les bass. Opet mengemukakan keinginannya itu ka sahabatnya, almarhum Andy Liany. Andy yang kebetulan satu kos dengan Thomas menyampaikan keinginan Opet itu kepadanya. “Nggak usah les deh, nggak usah bayar. Lo bareng gue aja. Jadi kalau lagi nyantai ia yang selalu bawa bas, nanya-naya lagu Gigi yang ini gimana mainnya,” kata Thomas yang mengaku, menyukai permainan Opet untuk lagu Terbang.
Periode formasi bertiga ini belangsung singkat, dan tidak ada album yang lahir dalam formasi ini. (son andries/POSe)

 

Mark 4 (Budjana, Armand, Budhy, Opet)



SETELAH menjalani tur promo album ¾, Opet secara resmi gabung Gigi. Formasi ini sempat jalan ke Amerika Serikat. Inilah untuk pertama kalinya Gigi main di Amerika. Tanggal 23 Mei 1996 mereka menginjakan kaki di San Francisco (SF). Ikut dalam rombongan ini, Dhani Pette dan Pepen selaku sound man.
Selama di SF, Gigi tinggal di rumah Fauzi Gani, konjen RI di SF karena kebetulan anak Fauzi Gani, Jimi Gani termasuk panitia yang mendatangkan Gigi. Selain ke SF Gigi mampir ke Los Angeles (LA).
Selama di Amerika, Budjana tampak paling antusias karena ia memang punya niat berburu alat. Budjana bahkan nekad berkunjung ke Bob Bradshaw. “Di tempat Bob saya beli RS 10, saya terkejut melihat Bob memiliki CD album Dunia Gigi, rupanya dia dikasih Baron. Ternyata, walau saya dan Baron telah pisah, kami masih tetap konsisten dengn cita-cita untuk punya Bradshaw System,” kata Budjana.
Tidak hanya membeli Bradshaw System, Budjana juga tertrik untuk membeli gitar Gibson. Karena duit sudah habis, dia lalu pinjam ke Didi Haju yang kebetulan saat itu juga ada di LA. “Saya pinjam 2.500 dolar, dan diantar Carla (murid gitar Budjana tahun 1995 yang saat itu sekolah di LA) membeli gitar di Drekkar Music Pasadena,” katanya.
Usai tur Amerika, Gigi kembali rutin menjalani konser dari panggung ke panggung. Namun tanpa disadari personil yang lain, Ronald memendam keinginan untuk keluar dari Gigi, mengikuti jejak Thomas. “Beberapa hari setelah pulang di Amerika, Ronal menemui saya, dia bilang akan keluar dari Gigi karena sudah nggak betah,” kata Thomas. “Saya nggak tahu mesti bilang apa karena nggak ngerti permasalahannya.”
Armand, Budjana, dan Opet mulai mencium gelagat kurang baik setelah Ronald mulai tidak bisa diajak ngobrol. Suasana saat itu benar-benar terasa tidak nyaman. Ronald secara resmi mengajukan pengunduran dirinya dari Gigi pada 10 November 1996, hanya 6 bulan setelah pengunduran diri Thomas.
Dalam pengunduran diri itu, Ronald mendapat seluruh haknya selama keberadaannya di Gigi sebesar Rp 10,5 juta, ditambah hak atas pembagian barang-barang inventaris sebesar Rp 1,5 juta.
Keluarnya Ronald ini menyimpan misteri. Menurut penuturan Budjana jauh hari setelah kejadian itu, atau tepatnya pada akhir tahun 2008, Ronald tersinggung Gigi ikut campur dalam hubungan pribadnya dengan seorang teman dekat.
“Kami dulu memberi nasihat ke Ronald soal teman dekatnya, namun dia tidak terima dengan apa yang kami katakan. Dia marah besar karena menganggap kami ikut campur urusan pribadinya. Armand dan Ronald saat itu sudah mau berantem, apa yang kami upayakan menemui jalan buntu. Sehingga dengan berat hati kami terpaksa menerima keinginan Ronald untuk mundur,” kata Budjana.
Jadi begitulah, di tahun 1996, Gigi dalam waktu 6 bulan kehilangan dua personilnya. Meski demikian album ¾ dengan sigle hit Oo.. Oo.. Oo.. mengalami sukses besar, dengan mencatatkan angka penjualan sebesar 600 ribu kopi. Turnya juga melampaui target manajemen yang hanya 48 kali. Tahun itu Gigi tercatat manggung sebanyak 59 kali, termasuk tampil di Amerika.

Serba baru
Tahun 1997 adalah tahun serba baru bagi Gigi. Selain ada dua pemain baru Opet Alatas dan Budhy Haryono yang menggantikan Ronald, konsep musik dan label Gigi-pun baru. Mulai album ke-4 ini Gigi bernaung di bawah bendera Ceepee Production milik Tantowi Yahya.
Untuk memahami state of mind Armand dan Budajana, ada baiknya kita mundur sedikit ke balakang, saat Gigi cuma tinggal mereka berdua. “Waktu Gigi cuma tinggal saya dan Budjana, kami sempat berencana membubarkan diri. Saya bilang, bagaimana jika Gigi kita kubur saja, kita buat duo kayak Go West datau River Field. Waktu itu Budjana bilang, Mand bagaimana kalau kita nggak usah ketemu dulu satu-dua minggu untuk berpikir. Nggak usah pager-pager-an (pager adalah alat komunikasi satu arah yang sangat popular sebelum handphone dipasarkan),” kata Armand yang mengaku sudah putus asa dengan Gigi.
Namun akhirnya mereka memilih meneruskan Gigi, at all cost. Begitulah Gigi akhirnya tetap bertahan dengan masuknya dua musisi baru. Di album yang kelak diberi nama 2X2 ini Armand mulai menulis lirik menggantikan peran Thomas, begitu juga Budhi dan Opet. Projek ini akhrinya berjalan dengan gila-gilaan, karena mereka ingin membuat suatu yang baru dengan melibatkan musisi asing Billy Sheehan, Harry Kim, dan Arturo Velasco. Selain itu Gigi melakukan mixing-mastering brass di Amerika. Untuk membiayai projek ini Budjana sampai menggadaikan rumahnya di Bintaro ke PT Trimitra Finance sebesar Rp 45 juta dengan bunga 28% setahun.
“Ini benar-banar gila, kami belum punya uang untuk buat album 2X2 tapi sudah merencanakan rekaman di Amerika. Memang akhirnya sertifikat rumah kembali, tapi bayangkan seandainya ada apa-apa, saya nggak punya rumah lagi, rumah hilang karena sebuah album,” kata Budjana.
Oh iya, nama album 2X2 ini dipilih sebagai penanda adanya dua pemain baru melengkapi dua pemain lama.
Walaupun sudah kerja gila-gilaan, album dengan single Kurindukan ini gagal di pasaran. Album idealis yang melibatkan banyak nama besar dengan proses produksi yang melelahkan ini kurang diterima pasar. Tur 100 kota untuk mendukung album ini juga gagal. Kesedihan belum berakhir karena ada tuntutan dari label lama, Union Artist. Mereka menganggap Armand, Budjana, dan Dhani telah bertindak semena-mena menggunakan nama Gigi padahal sudah tidak ada Baron, Thomas, dan Ronald. Untuk itu A Kiat, pemilik Union Artist minta nama Gigi tidak digunakan lagi.
“Kami sempat keder juga dengan tuntutan itu, sampai Budjana mengadukan masalah ini ke salah satu petinggi Polri. Petinggi Polri itu bilang cuekin saja nanti akan menguap sendiri,” kata Armand.
“Yang Paling menyedihkan adalah saat kami main di Bengkel Café. Saat itu bintang tamunya Indra Lesmana, gitaris Kadek, dan Netta sebagai backing vocal, sementara band pembukanya Base Jam. Bayangkan, ketika itu nggak ada yang nonton,” kata Budjana.
Setelah melalui masa pahit di album 2X2 bersama Ceepee Production, Gigi mulai menggarap album baru dengan status “tanpa label”. Untungnya Budjana bertemu dengan Jan Djuhana, A&R Manager Sony Music. Tapi masuk dalam label internasional tidaklah mudah, Gigi diminta datang ke sebuah pertemuan regional Asia Sony Music di Kuala Lumpur, Malaysia. Di depan banyak eksekutif Sony Music, Gigi diminta memainkan tiga lagu. Karena tampil bagus dan lagunya juga bagus Gigi diterima menjadi artis Sony.
Dalam menggarap album ke-5 ini Gigi mengadakan workshop di Puncak. Ketika itu sinergi antara Budjana dan Armand dengan Budhy dan Opet telah mulai menampakan hasilnya. Di album yang diberi nama Kilas Balik inilah tercipta tiga lagu hits Gigi, Terbang, Di Manakah Kau Berada, dan Rindukan Damai. Nama-nama yang dilibatkan dalam penggarapan album ini adalah Netta Kusumah sebagai backing vocal lagu Di Manakah Kau Berada, juga ada paduan suara Impromptu, sementara Prawanengrum Katamsi dengan suara seriosanya tampil di lagu Rindukan Damai.
Kesuksesan lagu Terbang, Di Manakah Kau Berada, dan Rindukan Damai, membuat Gigi diajak tur oleh Deteksi Production ke 33 kota. Hal ini terjadi antara bulan November-Desember 1998. Penjualan kaset dan CD juga luar biasa, mencapai 300 ribu kopi. Dengan jumlah pertunjukan sebanyak 68 kali. Yang terkahir ini termasuk tinggi mengaingat saat itu situasi kurang kondusif sehubungan dengan terjadinya kerusuhan nasional dan krisis ekonomi.
Keadaan yang kurang bagus ini terus berlangsung hingga 1999. Tapi justru disaat seperti ini, Opet manyatakan niatnya untuk mengundurkan diri dari Gigi. (son andries/POSe)

 

Mark 5 (Budjana, Armand, Budhy, Thomas)


Cop Out
ALBUM “Kilas Balik” menjadi titik balik kembalinya Thomas ke Gigi. Perjuangannya melawan ketergantungan narkoba memang masih panjang, tapi tanda-tanda perbaikan sudah mulai tampak. Apalagi Opet sudah memberi isyarat untuk keluar dari Gigi. Sepertinya Opet sudah mempersiapkan jalan buat Thomas kembali ke Gigi.
Isyarat itu disampaikan Opet menjelang Gigi berangkat tur 33 kota bersama Deteksi. “Mas saya mau keluar, tapi sebelum Gigi dapat pemain bas saja akan jalani tur ini. Cuma kalau saya keluar, Thomas yang harus balik lagi ke Gigi,” katanya.
Thomas akhirnya benar-benar kembali ke Gigi menggantikan Opet. Opet sendiri menurut Armand telah “lulus manggang” di Gigi. Terbukti setelah keluar dia membentuk band sendiri yang namanya Tiket, melakukan rekaman, dan membuat album. “Ternyata dia bisa bikin musik dan lirik yang bagus, banyak banget karyanya. Padahal dulu gue, Budjana, dan Budhy saking keselnya bilang ke dia, ‘Pet, ayo dong keluarin karya lu,” kata Armand.
Sebelum balik lagi ke Gigi, Thomas diajak Ahmad Dhani membantu projek Ahmad Band membuat album Ideologi, Sikap, Otak. Selain Thomas Ahmad Dhani juga mengajak Pay, Bimo Romeo, dan Andra Ramadhan. “Selama jalan sama Ahmad Band, saya sering ke Jakarta. Waktu ketemu Budjana dan Budhy di markas Gigi di Pela Raya mereka ngajak main bareng untuk album baru. Saya Tanya, kapan? Besok berangkat ke Puncak. Ya udah, ngapain lama-lama? Kami pun mulai workshop album Baik,” kata Thomas.
Dalam proses pembuatan Album Baik ini hal aneh dialami Budhy. Ia mendadak menjadi sangat religius. Ritual agama yang sangat khusus yang selama ini tidak dijalaninya mulai dipraktikan. Saat sama-sama di studio Thomas sering mendapat ceramah agama. “Bayangkan Thomas yang baru datang dari dunia lain tiba-tiba mendapat siraman rohani dari Budhy. Bukan Cuma Thomas, tapi juga wartawan yang berkunjung meliput ke markas Gigi,” kata Armand. Tapi seiring dengan perjalanan waktu Budhy kembali seperti Budhy yang selama ini dikenal Armand, Budjana, dan Thomas.
Selain menggarap Album Baik, tahun itu juga Gigi menggelar konser tunggal dalam rangka HUT ke-5. Dalam konser 5 April 1999 di Gedung Kesenian Jakarta itu tampil Chrisye, Pranawengrum Katamsi, sedangkan band pembukanya Padi Band yang saat itu baru muncul. Di konser yang diberi tajuk “Konser Balas Budi” ini Gigi melibatkan 12 pemain string dan paduan suara Impromptu.
Setahun kemudian, pada tahun 2000, rekaman Konser Balas Budi ini dijadikan album dengan judul “Gigi Greatest Hits Live in Concert”. Sayangnya Chrisye tidak bisa diikutkan dalam album ini karena lebelnya berbeda dengan lebel Gigi. “Hebatnya, tidak ada proses overdub sama sekali di album live ini,” kata Budjana. Dengan lahirnya album ini, secara keseluruhan Gigi telah mengeluarkan 7 album.
Dengan formasi Budjana, Armand, Thomas, dan Budhy, Gigi terus bergerak dari satu panggung ke panggung yang lain, tidak hanya di dalam negeri tapi juga ke Negara lain. Malaysia, Burnei Darusalam, dan Jepang adalah negara yang dikunjungi Gigi sepanjang tahun 2000-2001.
Tahun 2001 Gigi kembali melakukan workshop untuk album baru. Kali ini tidak lagi di Puncak Jawa Barat, tapi di Bali. Workshop album Untuk Semua Umur ini menghasilkan beberapa lagu, di antaranya “Diva” dan “Jomblo”. Lagu Jomblo ini kemudian menjadi salah satu lagu panggung yang paling banyak diminta.
Tahun 2002, Gigi merilis album The Best of Gigi dengan tambahan dua lagu baru “Andai” dan “Jalan di Bulan” yang berformat akustik. Lirik Andai yang dibuat Armand berkisah tentantang seorang pria yang meninggalkan pasangan selingkuhnya. Uniknya dalam video klip lagu ini tampil Sehela On7, Andy /rif, Yuke The Groove, dan masih banyak lagi. Album ini terjual sebanyak 500 ribu kopi.
Usai pembuatan klip Andai, Budjana pamit ke Amerika untuk cuti dari Gigi. Saat itu Gigi benar-benar nyaris kehilangan Budjana untuk selamanya, sebab Budjana –pada kahirnya- mengaku bahwa saat itu dia memang berniat untuk menetap di Amerika. Borra, pacar Budjana yang saat ini jadi istrinya, secara tidak langsung menjadi penyelamat keutuhan Gigi. Karena Borra inilah, Budjana balik ke Indonesia.
Album Salam kedelapan dikerjakan tahun 2003. Dalam pengerjaan album ini Gigi menghabisakan waktu 3 minggu di studio. Sebenarnya materi album banyak tercipta di luar studio, seperti inspirasi lirik yang muncul saat terjebak kemacetan. Lagu “Perihal Cinta” misalnya, liriknya dipadukan lewat SMS antara saya dengan Armand,” kata Thomas.
Pada tahun ini pula Budjana melepaskan masa lajangnya dengan menikahi Borra. Upacara penikahan berlangsung di kampung halaman Budjana di Klungkung pada 29 Agustus 2003, tepat di ulang tahunnya yang ke-40.
Awal tahun 2004 Gigi mendapat projek mengerjakan soundtrack film Brownies, garapan sutradara muda berbakat, Hanung Bramantyo, dengan bintang Bucek Depp, Marcelle Zallianty, Philip, dan Arie Untung. Brownies bercerita tantang seorang gadis kosmopolitan yang mencari arti cinta sejati. Di tengah penggarapan projek ini timbul masalah dengan Budhy.
“Sepertinya kesehatan Budhy terganggu. Semangat kerjanya hilang dan miannya jadi tidak benar. Kami beri waktu istirahan satu bulan, kemudian ditambah satu minggu, lalu dua minggu lagi, tapi tidak beres juga,” kata Armand. Karena deadline sudah mendekat, sementara Budhy masih tidak bisa menyelesaikan masalahnya, akhirnya Armand, Budjana, dan Thomas memutuskan untuk mengistirhatkan Budhy untuk sementara, dan menggantikannya dengan orang lain. Saat inilah nama Hendy mulai disebut-sebut. (son andries/POSe)

 

Mark 6 (Budjana, Armand, Thomas, Hendy)


Cop Out
AKHIRNYA Gusti Hendy benar-benar menggantikan Budhy Haryono sebagai peman drum Gigi. Hal itu terjadi setelah penggarapan album sound track Brownies. Penyabab utamanya adalah permianan Budhy yang tidak juga membaik meskipun sudah dikasih waktu lama, sementara di sisi yang lain, sebagai rhythm section, permainan drum Hendy makin padu dengan permainan bass Thomas.
Menurut Budjana, ”Budhy adalah orang paling baik yang pernah saya kenal. Nggak ada masalah secara personal. Terakhir dia main sama Gigi, dia sering lupa. Dia manggung sering blank, kayak ngelamun gitu. Waktu kami rekaman Album Salam Kedelapan, katanya kakinya sakit banget, sampai beberapa kali kami ganti pedal bass drum. Suara drum di lagu Terima Saja sebagian merupakan hasil editing di komputer.”
Hendy sendiri mengaku tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi. “Katanya Kang Budhy merasa jenuh sehingga permianannya menurun. Ya sudah saya bantuin. Saat diminta jadi additional di Gigi saya tidak kenal akrab dengan Kang Budhy. Belakangan, setelah saya resmi menggantikan dia di Gigi, saya tahu yang merekomendasikan nama saya ke Gigi itu justru dia.”
Menurut Handy, dia sangat beruntung bisa gabung dengan band idolanya. “Ide yang saya sampaikan tidak pernah dipandang sebelah mata, walaupun saya anggota baru dan paling muda. Mereka malah mengharapkan ide-ide saya. Dengan demikian saya jadi malu kalau kontribusi saya cuma sedikit. Buat apa mempekerjakan yang muda jika tidak memberikan kontribusi yang fresh.”
Kehadiran Hendy juga menandai masuknya Gigi pada era lagu dan album religi. Menjelang Ramadhan tahun 2004 Gigi merilis album religi “Raihlah Kemenangan” yang merupakan kumpulan lagu Islami lama yang aransemen ulang seperti “Tuhan” (Bimbo) dan “Ketika Tangan Dan Kaki Berkata” (Chrisye), ditambah dua Gigi sendiri “Hilang” dan “Karuniamu”.  Lagu hilang diambil dari album ¾ sementara Karuniamu lagu Thomas untuk album 9, tapi karena liriknya tentang Tuhan dimasukan dalam album ini.
Album “Raihlah Kemenangan” tidak hanya sukses dalam penjualan, hingga dibuatkan repackaged-nya, tapi juga membawa Gigi dalam tur panjang setiap bulan Ramadhan. Tur yang diberi nama Ngabubrit ini terus belangsung hingga saat ini, 7 tahun setelah album religi pertama dibuat.
Sejumlah bintang tamu diajak untuk tur Nabuburit yang disponsori Djarum Coklat ini. Mulai dari almarhum Gito Rollies, Sujiwo Tedjo, Ustad Djefri, hingga Tohpati, Gilang Ramadhan, dan almarhum Taufik Savalas. Budjana yang beragama Hindu tidak merasa keberatan menggarap projek rutin setiap tahun ini. “Dari awal saat diajak main di acara keagamaan saya nggak pernah keberatan. Saya mencoba bertoleransi. Saat membuat album rohani Hindu tahun 1999, Nyanyian Dharma I, saya juga dibantu Budhy, Thomas, dan Indra Lesmana. Itu jauh sebelum Gigi membuat album Raihlah Kemenangan,” kata Budjana.
Album religi Raihlah Kemenangan ini terus berlajut dengan Raihlah Kemenangan Repakage (2005), Pintu Surga (2006), dan Jalan Kebenaran (2008). Di antara album-album religi ini, Gigi terus merilis album album regular, Next Chapter (2007), Peace Love ‘N Respect (2008), GIGI (2009), dan yang akan terbit sebentar lagi.
Tanggal 11 Januari 2008, Gigi menggelar konser tunggal di Lapangan Mandala Krida Jogja. Konser yang dihadiri lebih dari 50 ribu penonton itu tercatat sebagai konser tunggal out door terbaik di Indonesia. Tradisi konser tunggal inilah yang coba dibangun oleh manajemen buat Gigi.
Tahun 2011 ini, saat Gigi berusia 17 tahun, kami menggadakan konser tunggal Gigi-Sweet Seventeen di Istora Senayan Jakarta pada 26 Mei. Semua sedang dipersiapkan, termasuk membuat web site khusus untuk acara ini www.gigi-sweetseventeen.com. Sebelum konser Gigi akan meluncurkan album baru yang judulnya sama pada acara syukuran HUT-17 Gigi, 22 Maret 2011.
Begitulah dari saat berdirinya Gigi telah mengeluarkan 19 album (satu akan segera dirilis) yang terdiri dari album regular, live in concert, the best, original sound track film, dan religi. (son andries/POSe)

sumber : http://gigi-sweetseventeen.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar